01/09/12

> Meningkatkan Kecerdasan, Daya Fikir, Ingatan, Daya Tangkap, Kemampuan, Potensi, Imajinasi dan Kreativitas.


 > Kecerdasan Spiritual :
Kecerdasan spiritual penting sekali karena berpengaruh pada sikap pemimpin itu pada dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu melihat sesuatu di balik sebuah kenyataan empirik sehingga ia mampu mencapai makna dan hakikat tentang manusia. Dengan demikian, kemanusiaan manusia sungguh-sungguh dihargai.
Yang terutama dalam kecerdasan spiritual adalah pengenalan akan kesejatian diri manusia. Kecerdasan spiritualitas, bukan sebuah ajaran teologis. Kecerdasan ini secara tidak langsung berkaitan dengan agama.

Spiritualitas itu mengarahkan manusia pada pencarian hakikat kemanusiaannya. hakikat manusia itu dapat ditemukan dalam perjumpaan manusia dengan Allah ( pada kondisi extase atau wajd ).
 > Kecerdasan Politik :
Kecerdasan kekuatan dalam hal politik juga semakin penting di jaman modern, dimana persaingan semakin rumit dan majemuk. Lebih mudah bagi kita untuk menghadapi musuh yang muncul terang-terangan, sebaliknya jauh lebih sulit menghadapi musuh " dalam selimut ". Kecerdasan dalam hal politik berperan penting karena setiap orang menghadapi konflik politik setiap hari dalam kehidupannya.
Politik dapat muncul dalam keributan kecil di rumah tangga, persaingan antar saudara kandung, kehidupan bertetangga, dan juga di kantor. Politik bukan hanya ada dalam kegiatan mengurus negara, melainkan hadir dalam setiap kegiatan antar manusia, dalam organisasi.
Politik memainkan peranan penting dalam kegiatan bisnis dan di kantor. Kegiatan politik yang tercela akan mengakibatkan munculnya permainan kekuasaan, negosiasi yang sulit, terhambatnya kreatifitas, rusaknya wibawa, fitnah, kebohongan dan kecurangan.
Dan masih banyak kegiatan politik negatif lain yang intinya menunjukkan bahwa kepekaan, naluri, dan pengetahuan akan politik kantor akan membantu kinerja dan prestasi kita karena dapat merespon dengan baik taktik-taktik licik tersebut.
 > Kecerdasan Pelbagai Jenis ( Multi Inteligences ) :
Mengikuti pandangan tradisional, kecerdasan seseorang telah ditetapkan saat ia dilahirkan dan meliputi hanya tiga bidang, yaitu bahasa, matematik dan "visual / spatial". Dr. H.Gardner yang membuat kajian tentang teori kognitif di Universitas Harvard telah memperkenalkan satu model kecerdasan yang pelbagai jenis.
Mengikut model Gardner, kecerdasan seseorang boleh dipelajari, dikembangkan dan di tingkatkan. Kecerdasan ini dibaagi menjadi 9 jenis, yaitu, Verbal / Linguistic, Logical-Mathematical, Musical / Rhythmic, Visual / Spatial, Bodily-Kinesthetic, Interpersonal, Intrapersonal, Naturalistic, Ethical / Spiritual.

 > Kecerdasan Otak :
Dengan kecerdasan otak, manusia diciptakan Tuhan untuk mampu mengatur diri, lingkungan dan dunianya.  Manusia bisa berperan mulia laksana malaikat namun juga bisa terdampar nista seperti layaknya binatang.  Semua itu terjadi, sekali lagi, berkat bantuan dan peran otak.  Oleh karena itu, tak disangsikan lagi, otak adalah senjata dan perbekalan yang demikian berharga yang dimiliki manusia.
Maka sudah sepantasnya apabila manusia mensyukuri karunia Tuhan tersebut dengan cara mempergunakannya dengan benar dan se-optimal mungkin.  Laksana pisau, otak adalah piranti tubuh (hardware) yang statis dan pasif.  Ia hanya akan tajam dan aktif apabila digunakan dan diasah sebaik mungkin.  Sebaliknya bila ia hanya dibiarkan telantar tanpa perawatan dan latihan yang memadai, ia pun lama-lama akan lumutan dan berkarat.
Fungsi dan vitalitas otak niscaya akan mandul dan bergerak mundur disebabkan oleh tiga hal, yakni sikap tak mau tahu (apatis), kemalasan, serta faktor usia.  Pada dimensi itulah terapi ini hendak menggugah kita untuk bersemangat dan sadar diri guna mengatasi sikap malas dan apatis yang kerap muncul  mengganggu kehidupan manusia.  Boleh dikata, inilah salah satu usaha preventif sebelum kelak kodrat alam bernama "usia dan kematian" datang menjemput kita.
Atas asumsi tersebut diatas perlu dilakukan suatu metode khusus agar bisa melatih dan meningkatkan kecerdasan secara alamiah maupun secara spiritual.
 > Enam Titik Zona Kecerdasan :
1. Eksekutif-sosial.  Pada zona ini kita dapat bercengkerama dengan beragam teori ringan berikut serangkaian data, contoh dan penjelasan yang mengasyikan.  Diuraikan disini bagaimana kaitan antara DHEA, sebuah hormon yang dihasilkan oleh adrenalin dan primata bisa membuat manusia merasa muda kembali, kita juga diajak mengetahui struktur fisik otak, ragam temperamen dan pola kesadaran manusia, hingga pada kiat membaca karakter orang lewat permainan ekspresi air muka.  
2. Ingatan.  Di ranah ini diulas perihal sejumlah terapi dan latihan untuk menguatkan ingatan (memori), pengaruh usia, dampak dan resiko menopause, hingga ragam cara memerangi  alzheimer (penyakit kepikunan). 
3. Emosi.  Pengendalian emosi mulai dari pemetaan tentang ilusi, komunikasi verbal dan nonverbal sampai pada penanggulangan stres dan depresi yang lazim menimpa manusia di era modern saat ini. Temuan unik dalam hal ini adalah bahwa tertawa adalah sarana hidup murah dan menyehatkan seseorang.  Oleh karenanya, ceriakanlah selalu hati anda menghadapi segala problema hidup.  Bahkan jika perlu, "Tontonlah film-film humor".
4. Bahasa.  Faktor bahasa merupakan elemen penting dari dinamika otak manusia sepanjang hayat.  Karunia sepasang otak kanan dan otak kiri yang diberikan pada manusia memungkinkannya untuk mengolah kecerdasan semenjak ia masih bayi hingga usia lanjut.  Pendidikan dalam segala aspeknya menurut konsep ini adalah hal yang tak bisa ditawar keberadaannya.
5. Matematika.  Sulit disangkal, manusia merupakan mahluk berhitung.  Dari kemampuan matematika mereka akhirnya bisa diteliti dan ditemukan teori kecerdasan yang memungkinkan seseorang untuk dicap "genius", "standar", ataukah "idiot".
> Renungan : ESQ, Kecerdasan Spiritual & Kecerdasan Emosi
ESQ. Kecerdasan spiritual (SQ) adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa sadar. Pandangan lain, bahwa SQ adalah kecerdasan manusia yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Asumsinya adalah jika seseorang hubungan dengan Tuhannya baik maka bisa dipastikan hubungan dengan sesama manusiapun akan baik pula.
Pengertian EQ : Istilah kecerdasan emosi (EQ) baru dikenal secara luas pada pertengahan tahun 1990 dengan diterbitkannya buku Darnel Goleman : Emotional Intelligence. Goleman menjelaskan bahwa kecerdasan emosi (Emotional Intellegence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Menggunakan ungkapan Howard Gardner, kecerdasan emosi terdiri dari kecakapan, diantaranya : intrapersonal intelligence dan interpersonal intellegence. Intrapersonal intelligence merupakan kecakapan mengenali perasaan kita sendiri yang terdiri dari :
1. Kesadaran diri meliputi : keadaan emosi diri, penilaian pribadi,  percaya diri.
2. Pengaturan diri meliputi : pengendalian diri, dapat dipercaya, waspada adaptif dan inovatif.
3. Motivasi meliputi : dorongan berprestasi, komitmen, inisiatif  dan optimis.
Sedangkan interpersonal intelligence merupakan kecakapan berhubungan dengan orang lain yang terdiri dari :
1. Empati meliputi : memahami orang lain, pelayanan, mengembangkan orang lain, mengatasi keragaman dan kesadaran politis.
2. Ketrampilan sosial meliputi : pengaruh, komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manajemen konflik, pengikat jaringan, kolaborasi dan koperasi serta kerja team.
 > Tiga langkah kembangkan EQ (Emotional Quotient) :
1. Membuka hati : ini adalah langkah pertama karena hati adalah simbol pusat emosi. Hati kitalah yang merasa damai saat kita berbahagia, hati kita merasa tidak nyaman ketika sakit, sedih, marah atau patah hati. Kita mulai dengan membebaskan pusat perasaan kita dari impuls dan pengaruh yang membatasi kita untuk menunjukkan cinta satu sama lain.
2. Menjelajahi dataran emosi : sekali kita telah membuka hati, kita dapat melihat kenyataan dan menemukan peran emosi dalam kehidupan. Kita dapat berlatih cara mengetahui apa yang kita rasakan. Kita mengetahui emosi yang dialami orang lain. Singkatnya, kita menjadi lebih baik dan bijak menanggapi perasaan kita dan perasaan orang di sekitar kita.
3. Mengambil tanggung jawab : untuk memperbaiki dan mengubah kerusakan hubungan, kita harus mengambil tanggung jawab. Kita dapat membuka hati kita dan memahami peta dataran emosional orang di sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar